Hari Ini, Setelah Menyelami Gie
Soe Hok Gie (1942-1969) The epitaph on his grave read : "Nobody knows the trouble I see, nobody knows my sorrow." Gie...I'm ashamed to admit that I don't either |
Maafkan aku, aku tak mampu gelisah
dalam dunia kecilku yang tanpa masalah
Aku baik-baik saja, hidup baik-baik saja
Derita adalah sayup-sayup nun jauh di seberang...
dan risaumu adalah negeri Atlantis dalam legenda
Ada namun asing. Asing.
Kau menggedor jendelaku dan berkata,
"Yang kau lihat itu palsu, palsu!"
Cahaya terang yang kulihat itu
adalah seribu kunang-kunang yang besok pagi mati
Dan apa yang selama ini meresahkanku
itu cuma nyeri segigitan kutu!
Yang kukenal cuma sepetak tanah di bawah kakiku
Sejumput langit di atas kepalaku
Dan realita di luar sana, manis pahit getirnya
menunggu sampai aku berani membuka mata
Gadis kecil malang, apa yang kamu tahu tentang dunia?
Tidak ada! Tidak ada!
Bandung, 5 Juni 2011
Vera F. Maharani
Sedikit curhat :
Puisi ini ditulis dalam kekalutan tugas analisis kepribadian Soe Hok Gie yang tidak kunjung selesai padahal besok sudah UAS. Membaca catatan Soe Hok Gie (lagi) membuat saya banyak berpikir, tapi anehnya tidak ada satu pun pemikiran itu yang berhubungan dengan teori Allport atau Bandura, yang seharusnya saya pikirkan.
Yang selesai malah empat puisi, (hampir) satu chapter novel, draft-draft yang entah mau dibuat apa, dan berlembar-lembar entry diary. Tugas ini benar-benar membuat saya produktif dalam cara yang tidak saya harapkan.
Haruskah saya menangis? Atau justru bersyukur?
(Akhirnya menangis sambil bersyukur)
bagus. kl aku dosenmu, puisimu ini lebih dari cukup untuk sekedar tugas2mu yg lain itu....
ReplyDeletemungkin kau jauh lebih mengenal Gie ketimbang dosen2mu. puisi itu pendekatan perasaan, bukan melulu teoritis demi mengenal watak seorang yg telah purna tugasnya di dunia. pd akhirnya semua pendekatan itu hanya dugaan bukan. selamat... buatku pendekatanmu jauh lebh riil untuk mengenal dunia Gie...