Di Negeri Ini Semua Bernyawa
(Sebenarnya terlalu siang untuk kita berkubang di sofa tua
di pojok ruangan. Terlalu banyak yang harus dilihat di dunia
dan kotak usang di hadapan kita tidak cukup bukan?
Tapi baiklah, beringsut perlu tenaga, lagipula…
lebih enak begini, berjarak dari realita…)
Di negeri ini semua bernyawa. Batuan dan ‘pohonan juga
baru cerita tentang desau angin dan warna, O, hijau sejuk di mata!
“Siapa tak kenal, zamrud khatulistiwa!” begitu kita bangga
Samudera biru lubuk hati Ibu Pertiwi
Sepotong surga di muka bumi
Begitu sampai kita kenal api, kita kenal dengki
Kita kenal cara-cara meracun diri
Di negeri ini semua bernyawa. Manusia, tentu saja.
Pemimpin dunia, makhluk Tuhan paling mulia
Orang-orang penuh senyum; bijak, ramah, dan ceria
Bagaimana tidak? Alam telah lama mengundang kita dalam jamuan
Di mana ongkosnya hanya berupa jabatan tangan…
Begitu sampai kita kenal permainan baru : tuhan-tuhanan
Jiwa manusia beda harganya. Kita yang tentukan.
Tergantung, berapa kau berani bayar? Mari, mari berlomba!
Sama-sama jadi gila!
Apa ini yang diperjuangkan
Sampai kesuma bangsa rela berkorban?
Agar kita bisa bangun pagi, mengokang klewang membunuhi saudara sendiri
Siang berjanji, sore khianati!
Di negeri ini semua bernyawa, kita tidak bisa
Duduk-duduk, menunggu mati saja!
Bangkit!
(Ya, kita mengangguk, semua pahit itu kita tahu benar
Siapa bilang kita tak peduli? Kita peduli, tapi berdiri? Susah sekali
Untung di kotak usang kita tiap malam tayang acara nyanyi-nyanyi
Jadi dari yang nyata kita bisa sembunyi
Sebab kita tahu sia-sia berlari, toh nanti-nanti jatuh lagi…)
Dar i jauh terdengar ada yang bernyanyi lirih…
“Bagimu negeri…jiwa raga kami…”
Lalu...
Sepi.
Cigadung, 9 Mei 2010
Vera Maharani
Comments
Post a Comment