(Goal #1) Grrrraduation : Done!
FINALLY.
I KNOW, RIGHT? TOOK ME SUCH A LONG TIME.
YEAH, I ALSO WANT TO PUNCH MYSELF FOR BEING SUCH A BIG PROCRASTINATING LUMP.
YEAH, I ALSO WANT TO PUNCH MYSELF FOR BEING SUCH A BIG PROCRASTINATING LUMP.
Tanggal 21 April 2014. Tepat 1 tahun 15 hari sejak memulai skripsi.
Setelah melalui berbagai kejadian yang kalau diceritakan semua bisa jadi satu buku memoar sendiri, saya maju sidang juga. You know, some people said, "yang penting itu bukan lulus tepat waktu, tapi lulus di waktu yang tepat." Berhubung "tepat waktu" sudah lewat sekitar satu tahun yang lalu, saya berharap banget ini adalah waktu yang tepat, hahaha.
D-1. My (often overreacting but lovely and magnificent) parents booked me a room in Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor. Katanya daripada saya stress, harus sidang pagi tapi lalu lintas Senin bikin darah tinggi. Hasilnya, jam 7 saya kucluk-kucluk datang ke kampus. Belum ada siapa-siapa. Gila, waktu kuliah saya tukang mepet waktu masuk, mana pernah merasakan udara kampus jam 7 pagi di hari-hari biasa (bukan kepanitiaan). Yeah, this is my last day being an undergraduate student, let me be diligent just once...
Akhirnya Devi dan Didin (yang juga akan sidang pada hari yang sama) datang menemani kesendirian ini. Kita bertukar informasi tentang apa yang kita pelajari malam-malam sebelumnya, which is, in my case, almost none. Sure I read some books, old assignments...tapi semuanya mental dengan sukses. Ya udahlah ya, kan udah belajar psikologi (lebih dari) 4 tahun, masak iya nggak ada yang bisa di-recall pas sidang mah, hahaha, saya menghibur diri. Rada gagal, karena saya malah jadi kepikiran, gimana kalau beneran nggak ada?
Rileks aja, kata Devi dan Didin. Udah berjuta-juta calon sarjana melewati sidang dan sebagian besar lulus dengan gegap gempita. Why can't we? Lagipula pertanyaan yang diajukan adalah tentang skripsi. Memangnya siapa yang selama ini begadang ditemani draft skripsi dan secangkir kopi? Jatuh bangun gegulingan ngambil data? Menekuri buku statistik, memohon turun ilham dari langit supaya bisa memahami bagaimana mengolah data sendiri? Kita, kan? Bukan dosen penguji! So, yeah, we will be okay. Errr...I guess.
Terus saya ketemu Pak Asep (petugas SBA) dan beliau bilang sama saya, "kamu sidangnya jam 08.30 di ruang rapat gedung 1 ya."
Vera (di luar) : "Oh iya Pak, nuhun."
Vera (di dalam) : asadfjgfdsgflahlhfdl *freaking out*
Devi dan Didin kebagian sidang di gedung 3, seperti sebagian besar anak Fapsi lainnya. Hari itu cuma saya sendirian yang sidang di gedung 1. Sendirian. Tidy dan Grace bilang insya Allah mereka bisa datang jadi tim hore saya, tapi mereka belum nampak, berhubung sidang saya kepagian, hahaha. Mereka pasti nggak tahu kalo saya sidang di gedung 1. Pas saya mau ngasih tahu mereka, handphone saya mati. What a right timing! Count on my cellphone to do that ALL the time.
Dulu pas teman-teman saya sidang (Yeah well, sebagian memang sudah sidang), pasti ada yang nungguin. Paling nggak orang yang dapat giliran sidang setelahnya. Saya selalu mikir, nggak banyak gunanya juga sih banyak yang nongkrongin kita pas mau sidang, tetap aja tegang. Jangan-jangan malah tambah bikin tegang. Namun ternyata... sendirian itu nggak enak, hahaha (*back sound lagu All By Myself - Celine Dion*).
Sidang dimulai. Bu Indun, Kang Gimmy, dan Mas Darmo luar biasa baik dan menenangkan, sangat berbeda sama bayangan saya tentang dosen penguji sidang (semacam gargoyle bawa pecut, hahaha). Tapi tetap, tegang tegang tegang. Stupid answer here and there, tau kan, jenis pertanyaan yang bikin saya langsung mikir setelah jawaban keluar dari mulut, "damn kenapa gue jawab kayak gitu." Oh Bozhe moy, help me. Oh please please please God.
Setelah detik-detik yang terasa seperti selamanya, sidang selesai. Saya diminta keluar sementara dosen-dosen penguji berunding menentukan nasib nilai saya. Sampai saya dipanggil ke dalam untuk yudisium, teman-teman saya belum ada. Pas Bu Indun ngeliat saya masuk dengan bawa tas loreng tentara sebesar tabung gas tiga kilo, Bu Indun nanya, "Lho, temen-temen kamu mana, emangnya kamu nggak punya temen?"
Hey, Rocket Angelsss!! |
Mak cleb nyesss. Hahaha.
Temen-temen saya ada, Bu, tapi saya rasa mereka nungguin saya di tempat yang salah. Mungkin mereka lagi nunggu saya di emperan gedung tiga sambil sok-sok nyembunyiin balon dan selempang S.Psi. Mungkin mereka bingung kenapa saya nggak juga datang. Mungkin mereka pikir saya nggak jadi sidang hari itu. Terus mereka kecewa dan pulang. Dan benda canggih bernama handphone yang seharusnya bisa membantu saya mencegah kesalahpahaman ini sedang pingsan dengan sukses gara-gara saya lupa nge-charge kemarin malam. Makasih kembali, Bu.
Ketika Tidy, Grace, dan Rini muncul di pintu, tepat saat saya sedang membaca sumpah sarjana, kayaknya itu emang berkat telepati dan kemurnian hati (?) antara kita deh. Soalnya ternyata Whatsapp saya yang mengabarkan tentang tempat sidang nggak berhasil mencapai Tidy. Rasanya melihat mereka itu bagaikan orang buta melihat cahaya untuk pertama kali. Hahaha lebay.
Anyway, I graduated. With honor. Thank God.
Untuk melengkapi semuanya, mereka ngasih saya balon. Selempang S.Psi. Mahkota bikinan sendiri. I still put the balloons in my flower vase. I'm thinking of laminating these gifts... immortalizing their effort to make my Sidang Day memorable. Satu yang nggak bisa dipajang ya, mereka ngasih saya cheese cake yang emang saya pengenin beberapa hari sebelum sidang. Awww it really moved me to tears that you treated my request seriously, Guys. Maybe I should request something like Nicholas Saputra wrapped in gift paper sometimes, hahaha.
Sidang berlangsung lancar juga buat Devi dan Didin di gedung 3 walaupun mereka memakan waktu yang lebih lama daripada saya. Setelah sidang, saya dan Devi memeragakan ekspresi wajah kami sebelum dan sesudah sidang, yang dapat diilustrasikan dalam foto-foto di bawah ini :
BEFORE |
AFTER |
And then came the wisuda, two weeks later. If there were such a things like "The Most Ignorant Wisudawati Award", I could be a strong candidate. Orang lain sibuk nyari kebaya, dan saya pake kebaya dari acara nikahan om saya sekitar 8 tahun yang lalu. Orang lain sibuk nyari salon, dan saya...salon, what salon? I bought a cheap eyeliner so I wouldn't look too plain and that's it (I totally forget that I can't use eyeliner by myself, whether it's cheap or not). Saya mangkir gladi resik dan nyusahin Toton untuk ngambilin toga serta surat undangan buat orang tua karena...well, things. Makasih ya Ton :')
I think I was not too bad with the eyeliner, was I? LOL |
Acted as student representative to give flowers to parents, a.k.a permission to cry in public. The only time I regretted why I used cheap eyeliner. Eyeliner problem aside, I LOVE YOU MAMA UND PAPA :* |
Later, Rini texted me, she asked what I wanted the most for my graduation. I considered for a few minutes, should I asked for Harry Potter box set or vacuum cleaner or eco-friendly washing machine...? But then I realised what I really, really, really wanted. So I replied, "Nicholas Saputra dipitain."
...and then she sent me this:
Yes, I know I have written my thank yous in the lembar persembahan skripsi, but I have to add... special thank you to Tekstidinegari Thaufik, for listening to my rant (in incorrect English!) days before sidang. For soothing me when I was freaked out by what to come. For letting me watch Running Man when we both knew it's no use to go through the material once more. Also to Zikra Aditia, for letting me stealing his girlfriend for a few days, and sitting patiently with us when I and Tidy overdosed ourselves with Mochi Ice Cream, hahaha. I owe you guys a lot. Buru nikah. Hahaha.
Wah, congratulation, Mbak Vera! Jadi pengen cepat-cepat nyusul nih :) *padahal baru juga mau masuk semester 3, lol*
ReplyDeleteHi Maya, thank you :) Nggak apa-apa, tidak pernah ada kata terlalu dini untuk mulai mikirin topik skripsi hehe. *said someone who decided on her thesis topic at the end of 8th semester haha. Anyway, semangat yaaa :)
Delete