Ketika Suatu Sore Cinta Datang
Cinta mengetuk pintuku dan bertanya
"Bolehkah aku masuk?"
Aku berkata
"Tetapi di rumahku masih bersisa perayaan kemarin
Lampu usang tidak bernyala
Sudut berdebu tidak tersapu."
Dia tertawa
"Maka aku bisa membantu
menyapu menggosok dan mengelap debu."
Aku menggeleng
"Rumahku tidak layak untuk tamu."
Dia berkata
"Aku bukan tamu
Aku ingin
menetap di qalbumu."
Aku bergumam
"Tetapi aku bukan teman serumah
yang mudah dibuat senang."
Dia menjawab
"Aku tidak bermaksud membuatmu senang sepenuhnya
Aku membuatmu hidup seutuhnya."
Lama aku terdiam
Matanya cerah berbintang
Menatapku lekat
Setelah lama berunding dengan dinding
lantai kasau dan kusen pintu
Aku membiarkannya masuk
dan menyuguhinya secangkir teh madu.
Dan sore itu pun
berlanjut berceracau
"Bolehkah aku masuk?"
Aku berkata
"Tetapi di rumahku masih bersisa perayaan kemarin
Lampu usang tidak bernyala
Sudut berdebu tidak tersapu."
Dia tertawa
"Maka aku bisa membantu
menyapu menggosok dan mengelap debu."
Aku menggeleng
"Rumahku tidak layak untuk tamu."
Dia berkata
"Aku bukan tamu
Aku ingin
menetap di qalbumu."
Aku bergumam
"Tetapi aku bukan teman serumah
yang mudah dibuat senang."
Dia menjawab
"Aku tidak bermaksud membuatmu senang sepenuhnya
Aku membuatmu hidup seutuhnya."
Lama aku terdiam
Matanya cerah berbintang
Menatapku lekat
Setelah lama berunding dengan dinding
lantai kasau dan kusen pintu
Aku membiarkannya masuk
dan menyuguhinya secangkir teh madu.
Dan sore itu pun
berlanjut berceracau
Vera F. Maharani
September 2009
Comments
Post a Comment