I Give My First Love To You

Lately I make re-watching and blabbering about Okada Masaki's movie my new hobby. Terlihat dari apa yang saya baca secara sporadis di internet, tampaknya Masaki-san (I learned Japanese honorifics to call him this! LOL) adalah up and coming actor di Jepang sana, atau mungkin sudah level superstar ya? Yang mana pun, saya ikut senang sama perkembangan karirnya, and I do hope that I will be watching more of him in the future

This is a rather old (released in 2009) movie. One look at the movie poster, and you know it's a potentially tear-jerker. That being said, I don't hate sad movies, but I do have some precaution taken if I want to watch one:
  1. I prefer to watch it alone, so no one would see me when I broke into an ugly (or not-so-ugly) cry. Watching with friends, non-noisy and non-belittling one, is okay too, though.
  2. Prepare a doll nearby. I always have an urge to hug something when I watch something heartbreaking.
  3. No tissues. Please. Have you heard that tissues are made from trees? I use handkerchief to wipe my tears away. That's a lot better and ecologically safe.
When everything was set, let's proceed! Kamu bisa menontonnya di sini

I Give My First Love To You

  • Japanese: 僕の初恋をキミに捧ぐ
  • Romaji: Boku no Hatsukoi wo Kimi ni Sasagu
  • Director: Takehiko Shinjo
  • Writer: Kotomi Aoki (manga), Kenji Bando
  • Producer: Mitsuru Komiyama, Mika Nakamura, Hiroyasu Murakami, Fumihiro Hirai, Fumihiro Hirai
  • Cinematographer: Mitsuru Komiyama,Masatoshi Takeyama
  • Release Date: October 24, 2009
  • Runtime: 122 min.

"My love life has time limit..."

The opening line, narrated by Okada Masaki, had tugged at my heartstring already, coupled by shots of lovebirds enjoying their time with one another. Kakinouchi Takuma (Okada Masaki) tidak memiliki kesempatan sebaik itu. Takuma memiliki penyakit jantung dan divonis tidak dapat hidup melebihi usia 20 tahun. Meskipun begitu, Takuma tumbuh menjadi pemuda yang tampan, pintar, dan memiliki pacar bernama Taneda Mayu (Inoue Mao). Mayu adalah anak dokter yang merawat Takuma sejak kecil dan boleh dibilang adalah orang yang paling mengerti Takuma, termasuk penyakitnya.

Dari semua hal yang mungkin membuat  Takuma sedih, yang paling membuatnya sedih adalah bahwa ketika dia mati, orang-orang yang disayanginya akan berduka. Oleh karena itu, Takuma memutuskan untuk perlahan-lahan mempersiapkan perpisahan dengan orang-orang yang dicintainya itu, dengan mendaftar ke Shido High School, sebuah sekolah asrama yang terkenal berkualitas. Takuma berasumsi orang tuanya akan meluluskan permintaannya apabila dia menyinggung soal hidup tanpa penyesalan. Sementara itu, Mayu yang tidak sepintar Takuma dan tidak punya rencana masa depan, tidak akan bisa diterima di Shido.

Sesuai dugaan Takuma, orang tuanya akhirnya memperbolehkan dia mendaftar ke Shido. Sementara rencananya untuk menyingkirkan Mayu...not so fast, boy


Ternyata Takuma salah sangka. Mayu punya rencana masa depan dan itu semua berisi Takuma. Oleh karena itu, ketika Mayu tahu Takuma akan mendaftar ke Shido, dia belajar mati-matian dan akhirnya diterima di Shido, bahkan menjadi peraih nilai terbaik dan perwakilan kelas 1 Shido High School. Mayu made it all clear in front of everyone at the welcoming ceremony, when she should gave an acceptance speech instead.

Gara-gara kegilaan Mayu di upacara penerimaan siswa baru, beginilah Takuma dan Mayu dikenal di sekolah baru mereka:
In real life you might as well say goodbye to normal social interaction...
Mayu berperilaku seperti clingy girlfriend sementara Takuma tidak pernah sepenuh hati menepis Mayu. Mereka malah jadi saling ejek penampilan; Takuma bilang make up Mayu konyol dan Mayu mengatai rambut keriting Takuma aneh. I find it hilarious that when they bickered, everybody gathered around them and somebody asked loudly, "So you two getting married?"

This is Takuma's reaction:

Mayu, however, said that she's serious...

Sayang, keimutan ini tidak berlangsung lama. Apa lagi kemudian Takuma bertemu Uehara Teru (Harada Natsuki), teman masa kecilnya yang juga menderita penyakit yang sama. Di sisi lain ada Suzuya Kou (Hosoda Yoshihiko), yang tertarik melihat kekeraskepalaan Mayu, ngotot menjadikan Mayu pacarnya, dan terus-terusan memanggil Mayu 'Hime' (putri). 

Suzuya Kou, the jerk with the heart of gold
Seakan-akan cinta yang terhambat oleh penyakit jantung belum cukup ya. I'm not going to spoil the storyline for you, but I was already drenched in tears at the 8th minute, so you get the point.
  
Boku no Hatsukoi O Kimi Ni Sasagu (Good job remembering that, non-Japanese-speaker!) diangkat dari seri komik dengan judul sama karya Aoki Kotomi. Setelah nonton film ini, saya jadi mengoleksi komiknya (masih kurang nomor 2 sih *sigh*), karena katanya endingnya agak berbeda dengan yang di film. Saya pribadi lebih suka filmnya. Selain karena faktor akting Okada Masaki dan Inoue Mao, menurut saya untuk ukuran film yang disarikan dari 12 jilid komik, film ini mengambil inti-inti cerita dengan efisien. Adaptasi yang dibuat (misalnya Kou seangkatan dengan Mayu dan Takuya, Teru dibuat benar-benar sakit, penghilangan karakter ibu Mayu) tepat sasaran dan tidak mengganggu cerita aslinya. Artwork komiknya sebenarnya sangat cantik, tapi...ehm, agak vulgar buat saya. Let's just say it's not a manga I would like to read with either my mother or my future daughter. Ini masih masuk kategori shoujo manga, ya ya ya, but for older teenager I think.

Bintang utama film ini buat saya adalah Inoue Mao. She's so right for Mayu! Mungkin karena ini tidak jauh berbeda dengan satu-satunya peran dia di masa lalu yang saya akrabi ya (Makino Tsukushi di Hana Yori Dango), in a way. Sama-sama atletis (Well, Tsukushi is not really athletic, but she can't passed as girly either...) dan mencintai dengan penuh passion, mungkin agak putus asa. Masuk akal karena seperti juga Takuma, Mayu tahu bahwa kehidupan cintanya punya batas waktu. Inoue Mao mampu membuat perilaku yang 'annoyingly tiresome' menjadi masuk kategori 'cute and loving'. Penggambaran Mayu di film ini juga lebih masuk akal dan tidak terlalu 'clueless'. She's more likable than in the manga (in which I desperately want to bury her in a pool of cement sometimes).

Saya suka bagaimana film ini mengalihkan sorotan utama pada Takuma. Kelihatan banget perkembangan pandangan Takuma mengenai kehidupan dan kematian. Narasi yang dibawakan Okada Masaki mengenai revisi surat wasiat Takuma setiap dia mengalami serangan jantung cukup membuat air mata mendesak-desak. Pada akhirnya, film ini menjadi lebih dari sekadar romansa yang berpotensi menjadi tragis. Film ini menyelipkan juga renungan mengenai apa artinya hidup, apa artinya mati, dan sejauh mana langkah yang akan kamu ambil untuk mempertahankan hidup orang yang kamu cintai. Ketika film ini berakhir, perasaan saya tersentuh, juga otak saya. That's what I want when I watch a movie.

Also, honorary mention should go to the two young actor and actress played young Mayu and Takuma. Beberapa adegan yang paling menyentuh hati diperankan oleh mereka.

Iwada Sea as Little Mayu. Totally cute.
Pelajaran lain yang saya dapatkan setelah menonton film ini: never make childhood promises of marrying each other, under any condition. It complicated things. I'll make sure I tell my future sons/daughters this...

No matter how many times we meet again, I'd definitely fall in love with you again (Taneda Mayu)

Comments

  1. Ceritanya sih memang mirip sama sekitar dua ratus shoujo manga di luaran sana Mut, tapi yang bikin hidup itu aktingnya Inoue Mao sama Okada Masaki sih. Juga dua aktor-aktris kecil yang memerankan masa kecil mereka. Jalan ceritanya ketebak sih, tapi justru itu makin bikin bercucuran air mata. Kayak melawan sesuatu yang inevitable gitu. Another plus side, aku suka palet warnanya, antara summer-autumn gitu rasanya.

    Nonton Mut! And let me know what you think :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pelajaran Berharga yang Vera Dapat Minggu ini

Aishiteru - Kizuna (a.k.a. The Movie That Made Me Feel Like A Stone-Hearted Cyborg)

Tujuh Bulan Lewat : KKNM Sukatani Januari-Februari 2013