Finally! An Update! --Sebuah Racauan Menjelang Subuh

Seharian ini aku berkutat dengan si Moneymaker (nama notebook aku). Aku punya beberapa proyek yang berkaitan dengan tulis menulis (atau ketik-mengetik, lebih tepat)

1. Tugas Metodologi Penelitian dan Filsafat Manusia. Oh yeah.

2. Cerita bersambung aku di account Fictionpress, Sebuah Novel yang Belum Selesai. Tampaknya cerita ini telah mengalami hiatus terlalu lama. Maaf ya penggemarku (HUEK SOK PENTING LU VER)

3. Sebuah cerpen (yang terlalu panjang untuk dibilang cerpen sebenarnya) berjudul SEVEN YEARS OF LOVE. Cerita ini draft awalnya sempat bocor di kalangan teman-teman dekat beberapa hari yang lalu dan SUKSES dianggap sebagai surat cinta buat orang tertentu. Melalui posting ini aku cuma pengen menegaskan bahwa INI BUKAN TERINSPIRASI DARI TEMAN KULIAH MANA PUN WOY.
Judul di atas pun masih judul optional, aku pake karena belum nemu yang lebih sreg aja. BUKAN KARENA AKU UDAH JATUH CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN SELAMA 7 TAHUN. Woy pathetic amat dah nasib gue dikira macam begituan. My love life is going quite well, thank you.

Nah. Jadi dua hari ini (sama kemarin) aku berkutat dengan proyek-proyek itu. Kalo lagi nggak mood ngerjain yang satu, pindah ke yang lain. Begitu terus sampai aku nggak mood ngerjain ketiganya. Parah banget emang. Untuk mengusir writers block yang mendera, aku melakukan hal-hal sebagai berikut. Boleh juga dicoba kalau kamu sedang merasakan himpitan writers block yang menumpulkan ujung-ujung syaraf (naon deui?):

1. Makan baso tahu. Selain mengusir writers block, juga mengusir lapar. Berlaku juga bagi jenis makanan yang lain.
2. Nonton Persib vs Arema. Persib menang lho 1-0 (terus?). Intinya, tontonlah sesuatu yang akan memacu adrenalin dan bikin kamu semangat.
3. Mendengarkan Vina Panduwinata dan Sheila Madjid bernyanyi. Cukup membantu untuk bernostalgia akan deburan ombak pantai Anyer (halah padahal pas ke Anyer kerjaan aku ngadem sambil nonton TV kabel di kamar hotel. Keluar kamar kalo mau makan doang). Yah, gak usah Vina Panduwinata dan Sheila Madjid juga sih. Johann Sebastian Bach sangat disarankan. Biasanya yang manjur buat aku sih Josh Groban, Enya, Andrea Bocelli, Coldplay...tapi boleh disesuaikan dengan selera masing-masing kok. ST 12, Kangen Band, Hijau Daun...itu juga boleh kalo emang suka.
4. Buka arsip lama. Orang bilang kadang-kadang ada mutiara yang tersembunyi dalam lumpur. Itu betul. Mungkin nggak langsung ketemu, jadi teruslah mencari. Kalau tetap nggak ketemu juga, ya itu sih derita lo. HAHAHAHA *ketawa jahat*
Nggak deng. Maksudnya, ada ide tertentu yang kamu dapet di masa lalu, tapi terus mandek. Nah bisa jadi sekarang ide itu dapat kamu teruskan dengan lancar seperti Jalan Tol Cileunyi kalau lagi beruntung.

Aku baca-baca puisi waktu aku masih jadi ABG gombalistis bombastis (dan ngakak sendiri baca diksi aku waktu itu). Baca novel-novelan yang aku bikin berdasarkan kisah cinta aku dan teman dekat *ehem* aku waktu itu (cieee suitsuwiw! Sekali lagi ngakak-ngakak karena ceritanya absurd. Memang berdasarkan kejadian nyata, tapi pas dibaca sekarang kok ya aneh aja. Lumayan lah buat senam wajah).

Terus aku nemu sebuah cerita, judulnya "Gadis Cantik di Seberang Jalan"). Eh akhirnya malah itu cerita yang aku poles sampai akhirnya sekarang bisa dinikmati di Fictionpress, sementara proyek aku yang sesungguhnya jadi terbengkalai semua...


Setelah beberapa menit yang lalu memasang cerita "Gadis Cantik di Seberang Jalan" itu, aku menyadari beberapa hal
1. Semua cerita yang aku pasang di Fictionpress menggunakan sudut pandang orang pertama
2. Semuanya bergenre Romance dan Love
3. Semuanya (kecuali satu), tokoh utamanya cowok
4. Semuanya melibatkan unsur patah hati dan/atau bertepuk sebelah tangan dan/atau rasa cinta yang menggantung-gantung.
5. Hampir semua tidak berakhir dalam happy ending sambil tebar-tebar confetti kayak dongeng Cinderella

Jadi bertanya-tanya, apakah yang sedang berlangsung di alam bawah sadar aku, sampai aku bikin cerita macam gitu semua ya?
Padahal seperti yang aku bilang tadi, my love life is going quite well. Mungkin memang agak menggantung, tapi nggak sampai termehek-mehek patah hati atau bertepuk sebelah tangan (ya, belum ketauan sih sebenarnya). Dilihat dari segi kehidupan yang lain pun, nggak ada hal yang bikin aku stress setengah hidup sampai iler berleleran dari liang telinga. TAPI KENAPA AKU JADI SPESIALIS PEMBUAT CERITA DEPRESIF GINI YA?

Untuk proyek selanjutnya, Vera F. Maharani akan berusaha membuat cerita yang CERIA SYALALALALALA!

Comments

Popular posts from this blog

Der Erlkoenig (The Elf King), A Poem By Johann Wolfgang von Goethe

Day #1 : 10 Things That Makes Me Happy (PART 2)

Sentimental Hours