Yang Tak Terucap

Kepada sebuah nama 

Sepertinya (hanya sepertinya) aku rindu padamu, Sayangku
Pada keasingan yang akrab itu, pada dendang dalam bisu itu
Dan pada rahasia di telaga matamu yang aku pura-pura tahu

Untuk beberapa jenak, di hatiku bergulir lagi sebuah sajak
Dalam lubukku ia menyorak. Ia bergerak. Ia teriak... 
"Kau masih saja desau angin di telingaku. Semerbak kesturi di hidungku
Geletar dingin di sumsumku. Guncangan gempa pada inti keberadaanku
Sepertinya, Sayangku...
Hanya sepertinya..."

Tapi kata-kata menghantam dinding udara. Dalam hampa. Dalam lena
Tak tersampaikan walau sebisik saja, walau selirik saja, dan kini kita...
Kembali pada apa kita semula. Kembali ke mana kita pernah berada

Oh, betapa senyapnya! Oh, betapa redupnya!


Antapani, 30 September 2011
Vera F. Maharani


Comments

  1. Hahaha. Pusing, nggak bisa nangkep intisarinya. Aduh. -__-

    ReplyDelete
  2. Buat saya, puisi itu rasa. Seandainya pun tidak mengerti maknanya, tapi menangkap suasananya, itu juga tidak apa-apa.

    Terima kasih telah mampir dan meninggalkan jejak :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Der Erlkoenig (The Elf King), A Poem By Johann Wolfgang von Goethe

Sentimental Hours

Day #1 : 10 Things That Makes Me Happy (PART 2)