Lirik Lagu Merayu Mendayu-dayu Merusak Pagiku


Cintai dan sakiti hatiku kalau itu dapat membawamu kembali ke pelukanku lagi. Aku rela memberi segalanya untukmu (Rossa, lupa judul lagunya)
 Begitu mendengarnya rasanya ada yang nonjok ulu hati aku keras-keras. Bukan karena musiknya begitu membelai telinga, bukan juga karena liriknya begitu menyentuh hati. Yang melintas di kepalaku waktu itu sebenarnya cuma empat kata. WHAT. THE. FREAKING. HELL?

Aku sering ngaku-ngaku bahwa aku adalah orang romantis. Yeah, dalam artian aku cukup pandai merangkai kata dalam mengungkapkan perasaan aku, terutama kalo berkaitan dengan satu kata lima huruf yang bikin keblinger orang sedunia itu (Cinta, apa lagi coba). Aku juga bukan feminis, setidaknya dalam artian sempit yang lazim dimiliki orang awam. Aku masih sangat menikmati ada cowok nawarin bawa barang-barang aku dan mendahulukan aku dalam banyak hal (yang sering sekali terjadi di Fapsi, di mana populasi cewek banding cowoknya kurang lebih 10:1. Eh...15:1? Ya, segitulah). Aku menganggap mereka sebagai cowok-cowok gentle, bukan sebagai cowok yang menganggap cewek itu lemah. Namun ketika mendengar lirik lagu itu...aku nggak ngerti aja romantis sebelah mana, dan karena yang nyanyi itu seorang wanita, tiba-tiba aja aku pengen teriak, "WHERE'S YOUR PRIDE, WOMAN?"

CINTAI DAN SAKITI HATIKU. Wew. Cintai aku, mungkin adalah permintaan yang agak maksa (mana ada orang cinta gara-gara diminta), tapi masih bisa dimengerti lah. Nah, kalau SAKITI AKU? What are you, a masochist?
KALAU ITU DAPAT MEMBAWAMU KEMBALI KE PELUKANKU LAGI. Segitu pentingkah kehadiran seseorang di dalam hidup kamu, sampai-sampai kamu mempersilakannya untuk menyakiti kamu, asal dia tetap menjadi 'milik kamu'? AARGH, gimana bisa bahagia kalau dia menyakiti kamu? Except if you are a masochist, then please do make an appointment with me soon after I become a psychologist.
AKU RELA MEMBERI SEGALANYA UNTUKMU. Aku bahkan nggak perlu mengeluarkan kata apa pun untuk menjelaskan BETAPA BODOHNYA kalimat ini.

Eh, sebelum aku dituntut gara-gara omongan yang terlalu vulgar atau apalah, aku perlu menegaskan bahwa aku nggak punya masalah sama penyanyi atau pencipta lagunya. It's just my opinion, accept it or not. IT IS THAT SIMPLE.

Masalahnya adalah, aku kenal beberapa orang (cewek) yang benar-benar mengamalkan lirik ini. Menurut mereka begitulah seharusnya mencintai orang. "That is how I love him. I love him that deep," argumen mereka, dan respon aku cuma, "Well then, that's just plain stupid."

I mean, seriously, what's the point of having someone you love beside you if he hurts you?

Please girls, cinta itu bukan SEGALANYA. Aku ngomong kayak gini bukan karena aku adalah cewek dingin yang sinis sama cinta. In fact, I AM FALLING IN LOVE right now. Tapi kalau orang yang aku cintai menyakiti aku, secara fisik terutama, YA AKU JEBLOSIN KE PENJARA JUGA LAH.

Love what's good for you, girls, please. Terkadang yang baik itu nggak selalu apa yang bikin kamu (or your so-called boyfriend/crush/whatever) senang. Dan kalau kamu bingung, "terus yang baik itu yang gimana dong?", ketahuilah bahwa UNTUK ITULAH TUHAN NGASIH KAMU OTAK BUAT MIKIR, BUAT BERLOGIKA RIA. Dan kalau kamu masih bingung juga, kayak gimana yang baik itu, cobalah dengarkan opini orang sekitar. Dan kalau kamu masih bingung juga, tolong hubungi profesional

Cintalah yang membuat kita bahagia, bukan one particular person. Dan cinta itu bukan hanya dalam pengertian sempit, antara seorang cewek dan seorang cowok yang bukan mahram.

BOIKOT LAGU-LAGU MENDAYU-DAYU DAN MERENDAHKAN HARGA DIRI!
maaf ya kalau kurang sistematis penulisannya, denger lagu kayak gitu bikin otak aku menggelegak. Mungkin nanti aku edit lagi. Mungkin.


Comments

  1. Ver, terkadang hal-hal seperti yg km tuliskan di atas itu ngga berlaku saat km berada dlm posisi seperti itu lho. haha *curhat*

    tapi..
    lirik lagunya emang NGGA banget deh.
    hehehe :D

    ReplyDelete
  2. I know...
    Kata Agnes Monica juga cinta ini kadang-kadang tak ada logika. Tidak boleh sekali itu Fi. Kita sebagai golongan intelektual tentu saja harus memaksimalkan penggunaan logika, bahkan dalam cinta. Pendapat aku doang sih.

    Dan aku sih membatasi menyanyikan lagu-lagu kayak gitu, tidak hanya karena itu merendahkan harkat dan martabat wanita, tapi juga bisi jadi doa. Hehehe

    ReplyDelete
  3. haha. ver, kita sepemikiran. ah lirik-lirik lagu kaya begitu mah emang masochism in love abis. dan haha. oh god, cinta itu tentu saja butuh logika. dan prinsip aku, CINTA HAKIKI NGGAK AKAN BIKIN KAMU GILA ATAU TERSAKITI :)

    ReplyDelete
  4. eh aku baru baca balesannya...
    setuju sama tristi :)

    dan tiba-tiba aku jadi pengen nanya, cinta yang ngga pake logika bisa disebut obsesi ngga sih? dan apakah itu termasuk perilaku abnormal?

    ReplyDelete
  5. Psikolog amatir mau angkat bicara aaahhh..hehe
    Kalo kata aku obsesi itu pengertiannya lain deh sama cinta tanpa logika. Entahlah apa definisinya menurut kamus (males ngambil KBBI) tapi secara common sense doang sih ada kok obsesi yang pake logika.

    Termasuk perilaku abnormal ataukah tidak? Mari kita kembali ke definisi dan ciri-ciri abnormal itu sendiri...
    huahuahua...
    *kabur untuk meminta petuah dari dosen pengantar psikologi*

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Der Erlkoenig (The Elf King), A Poem By Johann Wolfgang von Goethe

Day #1 : 10 Things That Makes Me Happy (PART 2)

Aishiteru - Kizuna (a.k.a. The Movie That Made Me Feel Like A Stone-Hearted Cyborg)