Beginilah Aku Akan Mengingat Kamu

If it's true, from the start that the name of those we love are written in our hearts. And we search 'til we find in this jungle of confusion something that remind us how we love each other, that I think I've found a clue. 'Cause I'm certain I remember you

Menatapmu rasanya seperti menerawang ke balik layar putih pentas wayang kulit. Kamu nyata, begitu nyata...namun pada saat yang sama, kamu terasa surreal, bagai permainan bayangan dan sorot lampu yang membawaku ke dunia khayal. Aku terpaku semalam suntuk, menikmati kamu menguntai kehidupanmu. Aku memeluk lutut dan menghela nafas ketika indera dan imajiku menekuri langkahmu, membiarkan waktu menyibak di sekitarku seperti kerumunan pejalan kaki yang tak peduli.

Kamu datang. Lalu...kamu tersenyum.

Ah...aku selalu menyukai senyummu yang sehangat syal rajut itu. Gerakan bibirmu (datar di tengah, dengan ujung bibir yang menanjak landai) membuat lengkung dagumu semakin kentara. Kamu memiliki kerutan di sudut mata, hasil senyuman tulusmu bertahun-tahun lamanya. Aku menyukai bagaimana senyummu menonjolkan tulang pipimu...dan bagaimana senyum itu akan bertahan beberapa lama, lalu memudar perlahan. Terlalu perlahan. Seperti kamu menyadari betapa dunia tak ingin segera kehilangan senyummu. Seperti kamu menyadari betapa aku tak ingin segera kehilangan senyummu. Aku, tidak jauh dari situ, sedang mengamatimu, sedang merekatkan ingatan mengenaimu di lembah-bukit otakku...

Pada kesempatan yang (untungnya) tidak langka, kamu juga tertawa! Ada sesuatu pada tawamu yang membuatku teringat pada permen karamel. Tawamu bernuansa cokelat, hangat, dan lengket di telingaku untuk waktu yang lama. Atau mungkin kamu adalah permen nougat kacang, dengan gemeretuk renyah di tengah-tengah?

Namun terkadang tawamu tertahan menjadi deruman pelan. Seperti gumaman lembut lagu ninabobo yang telah akrab, yang ingin kuputar terus menerus saat kehidupan beranjak berat. Jika kamu bisa tertawa, dengan sebegitu manisnya pula...tentu hidup tidak semengerikan apa yang kubayangkan, bukan? Jika kamu bisa tertawa, dengan sebegitu manisnya pula...tentu semua akan baik-baik saja pada akhirnya, bukan?

Ketika kita berbincang, seringkali ide-ide cemerlang berloncatan di otakmu seperti gemercik bunga-bunga api. Matamu melebar dan berbinar. Aku hampir bisa menghirup semangat yang meruap di sekelilingmu, sesuatu yang tercium seperti daun perdu basah dan sinar matahari pagi. Kamu akan menepuk tanganmu sekali sebelum mengutarakan idemu, terkadang perlu menjelaskan beberapa kali hingga semua orang mengerti. Namun beberapa kali, entah setan mana yang membangkitkan ketakpercayadirianmu, hingga ide-ide itu urung kaulontarkan. Saat itu aku ingin menepuk pundakmu dan berkata, "Ayo, ucapkan, jangan khawatir. Aku akan mendengarkan." Ya, aku akan mendengarkan. Tak perlu peduli biar makan waktu berapa lama. Aku akan berpura-pura aku punya waktu selamanya.

Ah, Sayang, aku ingin mengeluarkan notes dan pena saat bersamamu. Aku ingin mendeskripsikanmu hingga ke detail terkecil, mengabadikan keberadaanmu dari permukaan hingga ke inti. Agar aku bisa menunjukkannya pada dunia nanti : "Tidakkah dia orang yang sangat pantas untuk dicintai?"

Ya, caramu berjalan, caramu memegang sendok-garpu saat makan. Caramu duduk bersandar dengan buku yang kaubaca di pangkuan. Caramu bercanda, caramu terkesima, caramu memandang dunia. Beginilah aku ingin selalu mengingatmu, dalam segala kemenakjubanmu.

A chorus of sparrows in summer is how I remember youThe fire of maples in autumn is how I remember youThe silence of snowfall in winter is how I remember you
(excerpts of song in blockquote are taken from How I Remember You by Michael Franks) 

Comments

Popular posts from this blog

Der Erlkoenig (The Elf King), A Poem By Johann Wolfgang von Goethe

Sentimental Hours

Day #1 : 10 Things That Makes Me Happy (PART 2)