Book for Breakfast : Vera

Oke, waktunya sarapan (ini udah sore sih) dengan buku!

Ini salah satu buku yang saya temukan saat ngoprek rekomendasi dari Goodreads (thank you GR! My lovely brainy socmed...). Katanya di Inggris sono pun bentuk fisik dari buku ini sudah sulit ditemui, apa lagi di Indonesia ya, hiks. Untung Simbah Google membantu saya untuk menepi pada tautan ini :  http://girlebooks.com/ebook-catalog/t...  sehingga saya menemukan versi ePub buku ini. Selain ePub, ada berbagai versi lainnya, misalnya .pdf, .lit, dan .mobi, tapi aplikasi eReader saya udah jodoh banget sama versi ePub.

Selain buku 'Vera' masih ada berbagai buku lainnya karya penulis-penulis wanita ternama (misalnya Virginia Woolf, The Bronte Sisters, Frances Hodgson Burnett, dll.). Menurut situs itu, buku-buku di sana sudah masuk ke publik domain sehingga legal diunduh secara bebas menurut hukum Amerika. Nggak ngerti soal hukum-hukuman, yang jelas....ini surga banget lah. Cium Girlebooks, cium Simbah juga, hahaha.

The cover of my free ePub version from Girlebooks

Vera by Elizabeth von Arnim

My rating: 4 of 5 stars


Sebelum baca

Apakah 'judul bukunya sama kayak nama saya' adalah alasan yang valid untuk tertarik membaca sebuah buku? Hahaha. Yah, valid tidak valid, saya mau baca ini! Katanya ini semacam black comedy tentang perkawinan di Inggris akhir abad 19. The reviews are mixed, but those who love it seem to love it very much. Mari lihat saya akan berada pada ujung kontinuum yang mana...


Setelah baca
Let me begin with the summary:

Pada hari kematian ayahnya, Lucy Entwhistle bertemu dengan Everard Wemyss, yang baru saja kehilangan istri pertamanya. Tanpa butuh waktu lama, mereka menjadi semakin dekat dan tidak terpisahkan. Mereka selalu merasa bahwa mereka dipertemukan dan dipersatukan oleh tangan-tangan Maut itu sendiri. Sekilas, ini adalah sebuah cerita cinta di mana kedua tokohnya benar-benar meant to be.

Teman-teman almarhum ayah Lucy tidak setuju Wemyss jadi sedekat itu dengan Lucy. Begitu pula Miss Entwhistle, bibi Lucy yang dari awal curiga pada Wemyss dan nggak bisa menyukai laki-laki itu walaupun dia berusaha sekeras apa pun. Di tengah badai ketidaksetujuan itu, Lucy dan Wemyss tetap bertahan. Hingga tiba waktunya bagi Lucy untuk diboyong ke rumah Wemyss. Rumah yang sama tempat Vera, istri pertama Wemyss, meninggal karena jatuh dari jendela ruang duduk di lantai tiga.

Jadi, bagaimanakah kehidupan rumah tangga Lucy dan Wemyss, serta bagaimana Vera membayangi kehidupan mereka berdua?

Walaupun summary di atas terasa agak mencekam, salah besar untuk mengelompokkan kisah ini sebagai kisah misteri. Kisah ini lebih merupakan komedi yang bernuansa dark dengan witty remark bertebaran di setiap sudutnya. Von Arnim menggambarkan 'marriage gone bad' dengan humoris dan simpatis. Pembaca dibuat ikut hilang harapan oleh tingkah laku Lucy dan Everard, you just want to talk some sense into them, more than anything. Semua orang yang sudah pernah mencoba membujuk-bujuk pasangan dimabuk cinta untuk saling menjauh pasti ngerti perasaan macam apa yang saya maksud ini.

Hal yang menarik dari buku ini adalah pemilihan 'Vera' sebagai judul. Vera adalah istri pertama Wemyss yang meninggal secara misterius (Terpeleset? Bunuh diri?) dan sepanjang cerita tidak ada adegan dia sedang hidup, bahkan sebagai hantu sekalipun. Namun jejak-jejak Vera membuat cerita ini berjalan pada relnya, sedikit demi sedikit membantu kita mengupas kehidupan Everard sebelum Lucy datang. Ternyata di balik cinta yang berkembang-kembang itu ada lapisan lain yang mengancam, yang membuat pembaca sedikit-sedikit mendesah kasihan.

Katanya, Elizabeth von Arnim menulis cerita ini diinspirasi oleh perkawinan keduanya, yang akhirnya berujung perceraian. Yah, kalau memang begitu, GOOD FOR YOU, ELIZABETH! Seriously.

Dalam satu kalimat, saya akan berkata bahwa kisah ini adalah kisah yang cerdas. Jadi pengen cari buku-buku Von Arnim yang lainnya...

Sangat direkomendasikan bagi orang-orang yang suka membaca novel romansa non-mainstream atau orang-orang yang curi-curi belajar psikologi dengan menganalisis personaliti tokoh fiksi, hehe.

Comments

Popular posts from this blog

Der Erlkoenig (The Elf King), A Poem By Johann Wolfgang von Goethe

Sentimental Hours

Day #1 : 10 Things That Makes Me Happy (PART 2)