Filsafat...oh...Filsafat...

Aku amat sangat suka sekali filsafat. Amat sangat suka. Mungkin aku belum piawai dalam berfilsafat, tapi satu yang pasti aku amat sangat suka membaca buku-buku berwangi kertas baru dan lama yang memuat pemikiran-pemikiran manusia berabad lamanya itu.

Dulu waktu kelas 2 SMP aku pernah sangat susah tidur. Terus aku curhat sama teman dekat *ehm* aku waktu itu bahwa, "kayaknya aku insomnia deh. Ga bisa bobo gitu." Intinya sih setengah maksa supaya dia tetap bangun dan nemenin aku gitu biar romantis (hahaha, apaan sih anak kelas 2 SMP). Dia dengan baik hati menemani dan memberikan saran-saran supaya aku bisa kembali ke jam biologis orang normal.

Saran dia supaya aku cepet bisa tidur adalah : BACA BUKU-BUKU YANG BERAT DAN BIKIN NGANTUK.

Masalahnya, dia kayak nggak tau aja bahwa BUKU BERAT DAN BIKIN NGANTUK itu buat aku NGGAK ADA. Aku sangat amat kecanduan membaca saat itu, dari mulai buku novel sampai buku ensiklopedi aku lalap aja. Tapi karena dia adalah teman dekat *ehm* aku saat itu, aku nurut. Dan buku beruntung yang aku nilai cukup berat dan cukup bikin ngantuk itu adalah sebuah buku pengantar filsafat warna ijo bergambar orang lagi mikir serius.

Hasilnya? Yah, akhirnya aku tidur juga sih, tapi bukan karena buku itu. Aku tidur gara-gara kecapekan main di Ciater. Hahaha alasan yang ga elit.

Esok paginya si teman dekat *ehm* aku ngesms dan bertanya, manjur nggak saran dia. Aku jawab aja, aku udah bisa tidur kemaren, makasih ya (walau ya itu tadi, bukan karena buku saran dia. Tapi dia kan teman dekat *ehm* aku waktu itu, jadi ya udahlah). Terus dia bales lagi, buku apa yang kamu baca. Aku jawab, buku filsafat. Dia bilang, "HAH, BUKU FILSAFAT? Jangan dong, ntar kamu pusing."

Pusing? Aku menyebutnya 'tantangan intelektual'. Hahaha. In fact, di situlah awal perkenalan aku dengan filsafat, dan kesan pertama aku : FILSAFAT ADALAH TANTANGAN INTELEKTUAL. I love intellectual challenge. 

Apakah di usia kelas 2 SMP itu aku ngerti apa isinya? Ngerti bab satunya doang. Di bab 2 mereka ngomongin sesuatu tentang segala sesuatu itu bergerak dan segala sesuatu itu diam. Otak aku masih ga nyampe tapi terus aku baca aja, berharap pada suatu titik ada sesuatu yang bisa bikin aku menjentikkan jari dan ngomong, "OH, gini toh maksudnya!"

Pas aku masuk Fakultas Psikologi dan mendapati si tantangan intelektual yang menggoda hati itu ada di daftar mata kuliah, aku bersorak bahagia. Dalam hati tentu saja.

Aku pinjem buku filsafat  dari perpustakaan. Aku ngutip pendapat para filsuf itu kalau ada kesempatan. Di Damri walaupun hari udah maghrib dan si Damri berkelana ke Leuwipanjang (padahal harusnya ke DU), aku baca filsafat supaya ga panik. HAHAHA tentu saja gagal.

Tapi intinya dapet kan? Aku suka sekali filsafat. Sangat amat suka. Dan semua orang yang kenal aku bisa liat itu dari keseharian dan ocehan aku.

Tadi baru aja nilai filsafat keluar...nilai aku sesuai target sih. Anggap aja aku punya 'target baik' dan 'target buruk', nah si nilai ini persis dengan 'target buruk' aku. Aku sedih lah, ya iya. Tapi untung ada temenku Tidy yang nemenin aku saat itu, jadi nggak sedih lebay amat. Secara spontan kita pergi ke rumah makan Ampera, saling curhat dan saling memberi semangat, ditemani segelas jus stroberi dan sebotol air mineral saja. Kita sukses keluar dengan hati positif dan gembira.

Aneh. Nilai kita nggak sesuai 'target baik' tapi kita bisa bahagia karena kita sadar semua ini ada hikmahnya. Satu jam di Ampera itu kita pakai buat mencari hikmah dan HIKMAHNYA BANYAK SEKALI. Alih-alih meratap, aku malah jadi bersyukur atas banyak hal. Hey Tekstidinegari, we got a talent to be a psychologist anyway, we cured each other's broken heart! Hehehe.

Terus aku pulang dan buka facebook, teman-teman aku banyak yang berduka berkat si filsafat ini juga. Aku yang sedang penuh kepositifan berkat satu sesi temu wicara sama Tidy ini ingin membagi kepositifan yang sama buat mereka. Tapi berkat image VERA SI ANAK PINTAR PENGGEMAR FILSAFAT yang udah telanjur melekat, entah kenapa tiap aku ingin menghibur atau sekedar nimbrung berbagi rasa, aku merasa mereka mikir aku sombong."Kamu dapet apa Ver, A kan? A kan?"

Well, I wish I really got A. In fact I didn't. How could I describe it to you?

Aku sedih. Aku kecewa. Setelah segala passion yang aku tumpahkan pada mata kuliah ini, I didn't get A. It hurts, a lot.

Namun seperti kata seorang teman saya yang bernama Tekstidinegari Thaufik (dia lagi) ketika menyemangati saya,
Kita ini roket!
Butuh waktu lama untuk merakitnya, rumit dan butuh kesabaran tingkat tinggi pula
Namun ketika kita sudah melesat, kita melesat sangat tinggi!

Jadi jangan putus asa, Kawan, karena kita sedang merakit diri.
Aku suka banget kata-kata itu. Inspiratif dan menghibur. Menguatkan tekad bahwa, "ya, sekarang aku sedang merakit diri. Semester 2 dan selanjutnya, itu waktunya melesat!"

Terus ini satu quote yang aku dapat dari buku Mitch Albom, berjudul Have A Little Faith. Ini perkataan dari seseorang bernama Albert Lewis
Saat kamu pikir semuanya telah berakhir, saat itu Tuhan sedang memulai.
 Tuhan sedang mulai menunjukkan bahwa aku butuh lebih banyak belajar, butuh lebih banyak bersabar,  butuh lebih sedikit ambisius...dan Tuhan sedang menunjukkan caranya. Saat aku pikir harapan sedang akan habis, sebenarnya Tuhan baru akan memulai...

Aku suka filsafat. Sangat amat suka sekali. Kegagalan memenuhi 'target baik' di mata kuliah ini, saat ini, seharusnya nggak jadi penghalang. Karena ya itu tadi, aku suka sekali filsafat. Seharusnya kegagalan ini bikin aku lebih tekun lagi toh?

Apalagi di semester depan dia akan hadir kembali dalam dua mata kuliah yang kalau digabungkan berbobot 5 SKS. Wow.

Tantangan intelektual ini semester depan akan aku taklukkan

SEMANGAT SEMANGAT SEMANGAT!

Comments

Popular posts from this blog

Der Erlkoenig (The Elf King), A Poem By Johann Wolfgang von Goethe

Sentimental Hours

Day #1 : 10 Things That Makes Me Happy (PART 2)