Dua Minggu Bersama Dosen Belanda...

Harusnya ini udah aku ketik berhari-hari yang lalu, tapi...well, better late than never, right?

Dua minggu ini (dimulai tanggal 23 Maret 2010) adalah dua minggu yang sungguh-sungguh spesial bagi anak-anak Fapsi 2009. Dua minggu ini kami belajar BIOPSIKOLOGI. Yay! Perkuliahan yang lain ditunda dulu atau diberikan di luar waktu yang 'normal' sementara jadwal perkuliahan diisi oleh BIOPSIKOLOGI, BIOPSIKOLOGI, dan BIOPSIKOLOGI. Menyenangkan bukan? *ditimpuk sama anak-anak seangkatan*

Keistimewaannya tidak hanya sampai di situ. Seakan-akan belajar biopsikologi selama dua minggu penuh belum cukup pol, dosen yang mengajarnya pun berasal dari BELANDA pula. Yep, benar. BELANDA. BELANDA. Di manakah itu Belanda? Buat Anda yang buta geografi, saya sediakan peta Belanda (gapentingbangetsihkamuver)

Fakultas Psikologi Unpad sungguh-sungguh gaul bukan? Pembantu dekan I bilang angkatan 2009 sungguh beruntung karena bisa dapet kuliah langsung dari maestro-nya, tapi reaksi kami ketika mendengar kabar itu terbagi antara
1. merasa ketiban varietas duren mutan yang telah tumbuh sebesar monas
2. adem ayem dan santay kaya di pantay
3. berjingkrak-jingkrak gembira
Oke, sebenarnya yang terakhir itu nggak benar-benar ada.

Lebih lanjut lagi, reaksi teman-teman dalam menghadapi stimulus berupa keharusan belajar biopsikologi selama dua minggu bersama dosen Belanda yang nggak bisa bahasa Indonesia terbagi antara:
1. "Ah, gue belajar biopsi pake bahasa Indonesia aja hokcai (bolohok bari ngacai-- artinya melongo sambil ngiler), apalagi pake bahasa Inggris." (contoh komentar dari seorang oknum yang namanya disamarkan)
2. "Oh, yang ngajar dosen Belanda. Ya udahlah ya." (jenis komentar yang akan mengundang jitakan dari teman-teman sekitar dan sebuah julukan instan : BELAGU)
3. Ini yang paling banyak: harap-harap cemas. Maksudnya harap...ya jelaslah ngarep kedatangan bule yang rada ganteng gitu. Minimal mirip Leonardo Dicaprio pas masih maen Titanic lah. Contoh harapan cewek-cewek Fapsi itu digambarkan dengan sangat baik melalui sebuah wall yang ditulis teman aku di group 2009.

Nadia Iswari Pinandita semoga dosen biopsi bule cakep

22 March at 16:22 · ·

Sementara cemasnya...ya jelaslah ya. Mau seganteng apa pun dosen Belanda kami, tetap aja dia ga bisa bahasa Indonesia... Kan makin ga lucu aja gitu kalo ada cowok ganteng lagi ngajar di depan, tapi kita malah ngiler lewat lubang hidung karena ga ngerti tuh cowok ngomong apa.
Aku? Perasaan aku sih...bahagia. Bukan karena ngebayangin dosennya mirip Leonardo Dicaprio...ya agak ngarep dikit sih...tapi bukan karena itu kok, beneran deh. Aku senang karena ini BIOPSYCHOLOGY gitu loh. Biopsychology=Biology + Psychology= RAME ABIS. Jangankan dosen dari Belanda yang ngomong pake bahasa Inggris, dosen dari Planet Saturnus yang ngomong pake bahasa Zambia pun bakal aku dengarkan sambil tersenyum manis.


DAN AKHIRNYA HARI ITU PUN DATANG...
Ketika aku nyampe di kampus, ada beberapa hal yang aku sadari:
1. Susunan kursi jadi agak renggang kayak mau ujian dan RAPI ABIS.
2. Semua properti yang dibutuhkan untuk mengajar sudah tersedia lengkap. Papan tulis, flipchart, infocus+layar, perangkat pengeras suara...semuanya pokoknya.
3. Ada kamera dan kameramen. No kidding. KAMERAMEN. Reaksi aku terbagi antara a.)"Apaan nih, pake ada dokumentasinya segala, kok aku jadi merasa kayak objek penelitian yang harus direkam tingkah lakunya...apa jangan-jangan kami sedang menjadi bahan eksperimen?" dan b.) "Sering-sering noleh ke belakang ah biar muka aku ketangkap kamera. HAHAHA."
4. Barisan pertama KOSONG. And being a hyperactive-biology-freak, aku duduk di depan dengan senang hati.
5. Dosen bule kami sama sekali tidak mirip Leonardo Dicaprio.

 
ngiseng aja ngetik nama dosen Belanda kami di Mbah Google dan...tararara! Keluar beneran lah fotonya, Inilah penampakan Pak (atau Mr. aja ya manggilnya biar gaya? Hahaha) Wijnand Raaijmakers dari University of Maastricht yang ngajar biopsikologi dua minggu ini pada anak Fapsi 2009 (lengkap dengan jas kuning-gaje yang beliau pake tiap hari -- atau mungkin punya beberapa stel jas dengan warna kuning-gaje semua?) Mbah Google memang jago! Bravo bravo! 
Karena merasa Mbah Google tahu segalanya, aku pun mengetik nama lengkap aku. Siapa tau ada foto aku di suatu ceruk di dunia maya kan? Tapi ternyata ENGGA ADA. Sial. Mbah Google payaaah! Fesbuk lebih canggih (karena ada foto akunya gitu. Hehe)

Kesan-kesan dan hal-hal yang disadari setelah diajar biopsikologi selama empat hari sama dosen dari sebuah negeri nan jauah di mato?
1.  Kemampuan aku memahami bahasa Inggris memang udah agak lumayan, tapi kemampuan aku bicara bahasa Inggris masih setingkat kemampuan bahasa Inggris ikan cupang.
2. BIOLOGI plus PSIKOLOGI itu RAME ABIS. Thank God You created Biopsy :) :) :)
3. Mr. Wijnand (JIAH PAKE MR! GAYA!) itu benar-benar tepat waktu. Oke, nggak TEPAT WAKTU sebenarnya. Dia selalu datang lebih pagi, jadi maluu deh kalo datangnya telat.
4. Aaaaah rameeeee! Pokoknya rameeeeeee! Pas kuliah rame! Pas praktikum rame juga (walau aku sedikit ngarep bakal praktikum pake otak manusia beneran. Hakhakhakhak *ketawa psikopat*)
Sebenarnya aku nggak punya terlalu banyak hal yang bisa diceritain mengenai ini sih, karena aku kan anak manis selama perkuliahan biopsikogi. Kayaknya aku nggak (atau belum) melakukan ketololan yang berarti...

Aaaaaah rame banget hidup aku minggu ini deeeeh! Semoga minggu depan lebih rame lagi, jadi ada yang bisa diceritain di blog ini, hehe Terus semoga nilai biopsikologi aku nanti juga bagus! Eh jangan biopsi doang deng. Semoga SEMUANYA bagus! AMIN!

Semoga teman-teman aku juga diberikan kesukaan yang mendalam terhadap biopsikologi karena...kapan lagi gitu lho, diajar sebuah mata kuliah yang rame banget langsung sama maestronya? Mhuhahaha. Yep yep yep, semoga anak-anak 2009 semua dapet nilai biopsikologi bagus dan ilmu yang kami dapat bisa bermanfaat buat nusa dan bangsa. Hiks. Terharu deh :') 

*lebay mode: max*

:) :) :)
Tapi aku agak kangen filsafat nih. Hiks.
*pesan sponsor :
Recently I've posted my latest story titled "SEVEN YEARS OF LOVE". Despite its English title, it was actually written in Indonesian (yeah what do you expect?). And yes, it was a quite depressive kind of story. Anyway, I hope you read it, enjoy it, and finally left me some review. I LOVE REVIEWS.Hehe

Comments

  1. veraaa, aku jg excited bgt awalnya pas tahu kita bakal diajar sama dosen yg diimpor langsung dari Belanda!! tapi entah kenapa pas udah mulai kuliah aku jd sering ngantuk di kelas -,-"

    maafkan aku oh mister, sungguh aku tak pernah bermaksud untuk mengantuk di kelas anda :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Der Erlkoenig (The Elf King), A Poem By Johann Wolfgang von Goethe

Day #1 : 10 Things That Makes Me Happy (PART 2)

Aishiteru - Kizuna (a.k.a. The Movie That Made Me Feel Like A Stone-Hearted Cyborg)