A Poem About Me from Dini Fauziah Pratiwi

Hari, tanggal : Minggu, 15 Desember 2013. 
Tempat : Aula FPIK, Jatinangor (atau sebuah tempat di Burkina Faso, menurut service provider handphone saya)
Agenda : Kongres Keluarga Mahasiswa Unpad. 
Status psikologis Vera : hectic as hell.

Pada saat yang sama, nun di sebuah mall di Kota Bandung (BUKAN Ciwalk), teman-teman KBR (Kelompok Belajar Roket) sedang karaokean dan makan-makan. Alin mau nraktir gajian pertama, katanya. Darn it, pikir saya. Saya kan mau minta ditraktir juga, preferably steam kakap kuah lemon (my current food obsession). Kalau saya nggak datang, hanya kemungkinan kecil mereka makan steam kakap kuah lemon itu, karena mereka masih belum tahu betapa surgawi rasanya. Belum lagi khasiatnya buat kesehatan... I really have to look for that article about benefits of eating snapper and show it to them... 

Ah, I sighed. You don't know what you miss, Guys, pikir saya.

Sementara itu bagi saya, I knew what I missed. I missed them. Their laugh, their jokes, their weird antics (although most of the time they regard me as waaaay weirder). Pas mereka ngepost di grup Whatsapp KBR tentang betapa menyenangkannya hari itu and the blah and the blah and the blah, rasanya...iri, jelas. Sedih juga. Walau ...yah, nggak sepenuhnya karena mereka sih, ada hal-hal lain juga yang bikin kondisi psikologis saat itu agak goyang, hehe.

So I interrupted their general mood of happiness and wrote this message :
Vera : yang bahagiaaa aku minta dihibuuuur :'(
Beneran yah, kayaknya di antara semua anggota kelompok belajar sayang itu, saya yang paling menye-menye-moody deh. Untungnya mereka sabar banget dan rela aja suasana bahagia mereka diganggu. Gini respons mereka:

(rentetan foto sesuatu, nggak jelas, dikirim oleh Syifa Mamah)
Syifa Mamah : Cup Vera cuuuupppp, jangan cediihh. Tuh ada penghibur dr mbak iw buat vera
Alin : what happeeen Veraaaaa :). iyaa ver ada puisi.spesial buat kamuuu
Ulan : Ver?
 Internet connection was really trashy that day in Jatinangor (in fact, my internet provider automatically set my signal reception into roaming mode every time I go to Jatinangor. Seriously, they still do. Maybe they thought Jatinangor is actually Ouagadougou or something) so I didn't automatically download the media attached. Nggak bisa ngetik apa-apa untuk ngerespon mereka, juga nggak kuasa nanya puisi apaan sih ini yang mereka omongin. Vera lagi dalam versi marshmallow paling lembek dan malah sibuk sendiri nyembunyiin air mata berlinangan gara-gara paduan berbagai emosi.

Baru di rumah, koneksi internet rada eling dan berhasil buka rentetan media dari Syifa Mamah. Oooh...ternyata ini puisi, dibuat oleh Dini Fauziah Pratiwi (memilih dipanggil Dini, tapi bodo amat, kami memanggilnya Prikitiwi, Eksotiwi, Mbak Iw, atau Mbiw) buat masing-masing anggota KBR. Daaan...ini adalah puisi yang dia buat untuk saya:

:'")
Biasanya saya bikinin puisi buat orang. Ini anak...bikin puisi buat saya. Memang bukan pertama kali dibikinin puisi, tapi ini spesial. Puisi ini punya gambaran yang komikal...dan puisi ini Dini Fauziah Pratiwi bangets deh. Dia bilang deg-degan bikin puisi buat masternya. I say, shut up, this is really nice. Not everyone make this for me, you know? I will treasure it dearly :"")

Saya masih penasaran apakah Mbak Iw nulis 'M' itu karena lupa nama panjang saya siapa. So typically her, being scatterbrained in things like that. Terharu karena dia bilang saya punya "senyum tipis yang manis" (for rhyming purpose I think) karena pada umumnya testimoni teman-teman saya menyatakan bahwa senyum saya lebih bisa dikategorikan sebagai "senyum sinis yang horor".

Her choice of words to describe me and other KBR friends are interesting. Pensil panjang dan tipis, Mbiw? Ini bisa dijelaskan dalam beberapa lapis pemaknaan, hahahha. Jalan terhuyung-huyung, nggak bawa payung, small details yang ternyata bisa dipake buat mendefinisikan saya ya. Ih pengen peluk...

Masih ada yang jual nggak sih? Belum pernah nyobain.
I mean...jamu rasa durian itu... err... (source : here)
Terus bagian 'berjalan ke ujung bersama 'Buyung'", nggak bisa tahan senyum, hahaha. Aamiin (buat pemaknaan saya atas larik-larik ini sih, hehe). Tapi lucunyaaa kenapa harus Buyung? Asosiasi otak langsung deh ke sebuah merek jamu buat anak yang zaman dulu iklannya bikin earworm banget. Iya sih, "Buyung" menurut KBBI itu "panggilan kepada anak laki-laki; awang". Terus jadi penasaran sama tanggapan orang tertentu yang dimaksud dalam puisi ini kalau dia pernah disebut "Buyung" sama anak ini. I hope we can laugh together at that. Oh I hooooope soooooo :'")

That being said... Mbak Iw, mau kan jadi salah satu penyedia tawa kami untuk tahun-tahun ke depan? Hehe *jawil pipi Mbak Iw*

It's a really nice gift that I want to show off to the world. Senang untuk diingatkan bahwa ada orang-orang ini lho yang bakal berada di sisi saya, secara kasat mata maupun tidak (...lho kok agak serem ya). Saya nggak tahu saya temen yang baik bukan sih buat mereka, selain sebagai penyumbang kisah-kisah melankolis dan/atau psycho dalam persahabatan kami (dan pemegang rekor paling banyak bikin "roaming" saat ngobrol). I hope I can do that too, you know, leaving traces of happy memories. Being someone they can rely on, someone they can trust...someone they can call a 'great friend'. Still long way to go, no? :)

Thank you again, my dear Dini Fauziah Pratiwi. And thank you too, KBR. I love you. You know that right? Well, I state it again anyway.

Liebe Grusse
Deine Vera

P.s. My dear, dear KBR, you still don't know what you miss...

Steamed Snapper with Lemon (Pra Neung Phrik Manao)
THIS. IS. YUM.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Der Erlkoenig (The Elf King), A Poem By Johann Wolfgang von Goethe

Day #1 : 10 Things That Makes Me Happy (PART 2)

Aishiteru - Kizuna (a.k.a. The Movie That Made Me Feel Like A Stone-Hearted Cyborg)