Halfway, A Genuine Sweetness

Beberapa hari yang lalu, saya menemukan blog becomingicha.blogspot.com saat mencari video dan recap drama Taira no Kiyomori. I enjoy reading her blog and I feel like we're instant comrade when I find that she has a...uh...crush on Okada Masaki.

OMG YES ME TOO

Well I might not be too vocal about it, but I LIKE OKADA MASAKI SO MUCH. I hate being shallow but how could I not? I mean, he's like the embodiment of the concept of ikemen. His face has a westernish feeling  but still distinctly Japanese that he could play Minamoto no Yoritomo, the first Japanese shogun. Maybe I'm highly biased but...really, I think he's a great actor with a wide range of role, from a manly man who likes girly things in Otomen to an idealistic young surgeon in Seinaru Kaibutsutachi (Holy Monsters) to an artistic boy with antisocial tendencies in Gravity's Clown (Jyuryoku Pierrot)

Saya membaca-baca review Kak Icha (Iya tau, SKSD amat manggil Kak) di blognya dan menemukan reviewnya tentang film Halfway. Ah, iya nih, saya belum pernah nonton yang ini. Saya menontonnya di sini, agak low quality tapi mending lah daripada nggak ada sama sekali. Atau ada filmnya tapi belum ada subtitlenya (case of Antoki no Inochi. Pengen beli yang legal juga susah nyari yang ada English subtitle. Mana lagi nggak cukup duit untuk bayar ongkos kirim segala macam, tapi ya sudahlah kita tidak usah membahas kebokekan saya di sini)

Source : here

Halfway/ ハルフウェイ

  • Director: Eriko Kitagawa
  • Writer: Eriko Kitagawa
  • Producer: Shunji IwaiTakeshi Kobayashi
  • Cinematographer Shinichi Tsunoda
  • Release Date: February 21, 2009 (OMG A DAY AFTER MY 17th BIRTHDAY, HAHAHAHA)
  • Runtime: 85 min
  • Cast : Kitano Kie (Konno Hiro), Okada Masaki (Shinozaki Shu), Mizobata Junpei (Tasuku), Naka Riisa (Megiro Megumi), Narimiya Hiroki (Takanashi Sensei), Osawa Takao (Hirabayashi Sensei), Shiraishi Miho (Matsuura Sensei)

Sebagian cewek cuma bisa bermimpi bahwa cowok yang disukainya memiliki perasaan yang sama. Apa lagi jika the boy in question adalah seorang siswa 'idola' yang ganteng maut, punya banyak fans, jago olahraga, dan punya otak yang encer. Begitu juga Konno Hiro (Kitano Kie), seorang siswi kelas 3 SMA di sebuah kota kecil Hokkaido, yang menyukai Shinozaki Shu (Okada Masaki). Hiro ini naksirnya agak norak, sampai-sampai setelah Shu ber-high five dengannya pada sebuah pertandingan basket, Hiro langsung pusing-pusing, anemianya kambuh. Sampai harus dibawa ke UKS segala.


Beruntungnya Hiro, dia nggak perlu merasa wooooo lagi, karena tidak berapa lama kemudian, Shu berkata seperti ini...

YEEEEEESSSSSS!!!!

Pacarannya Shu dan Hiro manis banget. Nggak perlu adegan pegangan tangan atau semacamnya untuk menggambarkan chemistry di antara keduanya. Mereka canggung, tapi nyaman berada di dekat satu sama lain. Bikin terbayang, mungkin ini cinta pertama buat keduanya. I should say Okada and Kitano did a great job!

Hiro and Shu sharing earphone (source : here)

Selayaknya anak SMA, mereka juga membicarakan tentang universitas yang ingin mereka masuki. Hiro ingin masuk ke sebuah college di Sapporo, tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Shu berkata bahwa dia belum memutuskan akan masuk ke universitas mana. Namun Hiro merasa Shu menyembunyikan sesuatu. Dia pun menanyakan universitas pilihan Shu pada Tasuku (Mizobata Junpei), sahabat Shu. Jawaban yang didapatkannya sedikit mengguncang


Hiro melabrak Shu mengenai pilihannya ini. Dia marah sekali memikirkan prospek akan menjalin hubungan jarak jauh dengan Shu atau lebih buruk lagi : putus.
 Hiro : When were you going to tell me you were going off to Tokyo? What are you feeling? How did you feel about telling me? Just what am I going to do!?
Dan beginilah cara Shu menanggapi amukan Hiro:



Soooo cute and adorable. But apparently not adorable enough to make Hiro forget about her anger.
Hiro : What should I believe in?
Shu : You should believe in me.
Vera : *melted into a puddle of goo*

Shu meminta saran Takanashi Sensei (Narimiya Hiroki) mengenai pilihan universitasnya. Dia sudah memutuskan untuk masuk Waseda sejak lama, tapi keberatan Hiro membuatnya berpikir untuk tidak mendaftar ke Waseda.





"Pikirkan masa depanmu, masa depanmu sangat penting," nasihat Takanashi Sensei. Dan beginilah jawaban Shu :



Shu pun memutuskan untuk tidak mendaftar ke Waseda. Hiro sangat senang, namun lama-lama, dia merasa bersalah. Dia mengetahui dari Tasuku bahwa tingkah laku Shu akhir-akhir ini agak aneh. Shu tetap kelihatan ceria, tapi Hiro merasa ada yang berbeda. Pada waktu yang berdekatan, Hiro mendengarkan cerita sahabatnya, Megumi (Naka Riisa) tentang betapa senangnya dia akan mendaftar ke universitas. Hiro jadi teringat pada Shu yang tidak jadi mendaftar ke Waseda gara-gara dirinya. Apakah keanehan Shu gara-gara ini? Hiro pun curhat pada guru yang lain, Hirabayashi Sensei. Hiro berpura-pura bahwa masalah ini dialami oleh temannya.

Smart teacher.

Hirabayashi Sensei berkata bahwa dia seharusnya senang, karena itu berarti Shu benar-benar ingin bersama dengan Hiro. Shu is one of a kind guy, because normally guys just don't give up their dream for their girlfriend. Namun kenapa Hiro merasa tidak nyaman?

Hirabayashi Sensei bertanya, mana yang lebih baik, tetap bersama sebagai pasangan selama beberapa tahun lagi, atau membiarkan pacarnya pergi ke Tokyo untuk kemudian bersama selamanya?

Hiro : ...but what if they can't be together? What if he finds someone in Tokyo?
Sensei : He might. He might. Tokyo is amazing.
Hiro :...I can't let him go.
Sensei : But there he could really reach his full potential. He could really turn into something. To let someone you love accomplish something like that... He could really study and have some amazing experience. How would you feel if he returned with all that? 
Hiro pun mengambil keputusan...

Go.

Apakah Hiro dan Shu akan berhasil melewati long distance relationship ini?
Cerita yang sangat sederhana, terlalu sederhana, malah. Saya bahkan bisa menceritakannya tanpa takut akan merusak pengalaman menonton orang-orang yang belum pernah menyaksikan film ini. Daya tariknya memang bukan di jalan cerita. Chemistry dan percakapan yang natural di antara kedua tokoh utama, juga dengan tokoh-tokoh pendukung lainnya...cute without even trying. Saya suka melihat Hiro dan Shu sama-sama mengadu pada guru saat mereka dirundung masalah, dan suka juga melihat bagaimana Takanashi Sensei serta Hirabayashi Sensei menanggapi masalah muridnya. Tanpa disadari, guru-guru itu menyarankan hal yang sama bagi murid mereka : Pikirkan lagi, sementara itu, sini aku bantu kamu katarsis. Jarang lho guru yang asyik kayak gitu. Dari segi sinematografi, panorama Hokkaido udah juara banget. Palet warna pastel lembut menyejukkan mata, it has a light and airy quality about it. Pasti asyik deh kalau nonton versi high-def-nya.

Beberapa review yang saya baca memprotes tentang jalan ceritanya yang terlalu datar. Ada yang bilang Kitano Kie kurang cantik untuk bersanding dengan Okada Masaki (what the...). Ada yang bilang bahwa peran Hiro terlalu menyebalkan, terlalu banyak kekurangan, sulit untuk simpati dengannya dan sulit untuk dimengerti bagaimana Shu bisa jatuh cinta padanya. Well, saya pikir ini mungkin disengaja. Hiro digambarkan bersifat kekanak-kanakkan, fidgety, jelas hanya mementingkan kenyamanan dirinya saat meminta Shu tidak mendaftar ke Waseda. Namun seiring dengan perkembangan cerita, dia menjadi lebih dewasa dan mendukung pilihan Shu. That's no easy feat, letting go.

Seriously? I think they are so cute together (source : here)
Mungkin yang lebih menyentuh lagi, isu mengenai letting go yang disentuh. So relatable for me right now. Makanya pas Hirabayashi Sensei menasihati Hiro, rasanya kayak dinasihati juga. Karena saya suka banget, nasihat itu bakal saya quote lagi di sini, hahaha

But there he could really reach his full potential. He could really turn into something. To let someone you love accomplish something like that... He could really study and have some amazing experience. How would you feel if he returned with all that?
I'd be really happy. Just make sure you'll return to me, all right?

Overall, this movie is so sweet. Not saccharine-sweet, not diabetes-inducing sweet, it is naturally and genuinely sweet. Like...uh...a sugar cane juice. Or homemade cookie. Or...or...a cup of green tea latte. Well, I hope you get my point.

P.s. Ini mungkin agak random, tapi saya pikir dari sudut-sudut tertentu, Kitano Kie agak mirip dengan Sulli f(x). HAHAHAHAHA

Kitano Kie dalam Halfway
f (x) Sulli (source : here)

Comments

Popular posts from this blog

Der Erlkoenig (The Elf King), A Poem By Johann Wolfgang von Goethe

Sentimental Hours

Day #1 : 10 Things That Makes Me Happy (PART 2)